halo selamat malam! bagaimana kabarnya? sudah pada mudik lebaran? saya, Naren, mengucapkan mohon maaf lahir dan batin ya! semoga puasa yang kita lalui mendapatkan keberkahan-Nya selalu, aamiin.
sekarang saya akan memberikan balasan terhadap opini yang ditulis di koran Jawa Pos, Rabu 12 April 2017, halaman 4 kolom 3 dengan judul “Kembalikan Keluarga sebagai Surga bagi Anak” oleh Fathur Rozi.

Tulisan opini tersebut membahas mengenai kondisi anak-anak dan remaja yang saat ini semakin memprihatinkan. Mereka sangat bergantung kepada teknologi, sehingga kurang memperhatikan lingkungan sekitar. Mereka juga memiliki tingkat religiusitas yang rendah sehingga tidak mengetahui bahwa sebagian dari tindakan yang mereka lakukan merupakan sesuatu yang salah. Hal tersebut terjadi karena kurang maksimalnya peran orang tua sebagai agen sosialisasi dalam keluarga. Saya disini berbicara sebagai mahasiswa, dan menanyakan pada para mahasiswa lainnya,
Apa yang harus kita persiapkan sebagai calon orang tua kelak?
Sebelumnya, saya sependapat dengan pandangan yang ditulis oleh Fathur Rozi ini karena banyak hal yang membuat anak berbuat kriminal dan banyak pula hal yang harus dilakukan oleh orang-orang disekitarnya untuk mencegah hal tersebut terjadi. Contoh nyatanya adalah kasus penusukan yang dilakukan oleh seorang siswa di sekolah Taruna Nusantara terhadap temannya sendiri hingga tewas. Peristiwa ini seolah-olah menunjukkan bahwa saat ini, para remaja kurang memiliki rasa takut akan sanksi atau hukuman yang mungkin diperoleh atas perbuatan yang mereka lakukan.
Penanaman tentang nilai agama merupakan sebuah langkah awal yang harus dilakukan, karena hal tersebut yang akan menjadi landasan bagi anak untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sebelum itu, orang tua juga harus memiliki nilai agama yang kuat agar anak dapat menirunya. Selanjutnya, pembekalan pelajaran agama harus dilakukan secara kontinu agar nilai-nilai agama itu dapat selalu mendasari anak untuk berperilaku sehingga membentuk kepribadian yang bermoral baik.
Mengajak anak pergi beribadah bersama sejak kecil dan memberikan satu hingga dua jam waktu untuk belajar agama setiap harinya merupakan bentuk penanaman nilai agama dalam diri anak. Pada akhirnya, anak akan sadar bahwa dia adalah makhluk Tuhan yang harus mencintai Tuhannya dan juga mencintai sesama. Dengan kuatnya nilai agama dalam diri seorang anak, maka kasus-kasus yang melibatkan anak dan remaja pun akan berkurang.
Keluarga, khususnya orang tua, merupakan role model dalam kehidupan anaknya. Kepribadian anak mulai terbentuk sejak usia dini, sehingga orang tua perlu memberikan contoh yang baik dan benar agar perilaku tersebut dapat tercerminkan pada diri sang anak. Social Learning Theory milik Albert Bandura menjelaskan bahwa perilaku seseorang bukan bawaan dari lahir, melainkan dipelajari dari model yang tepat. Seorang anak akan dengan mudah meniru tindakan prososial maupun tindakan agresif orang lain, terutama orang tua yang mereka anggap sebagai tokoh yang bertanggung jawab dan berwibawa.
Begitu pula dalam hal penggunaan teknologi, terutama gadget, yang diketahui sudah sering menimbulkan banyak permasalahan. Orang tua harus melakukan penanganan yang lebih dari sekedar larangan atau himbauan melalui kata-kata. Mereka juga perlu memberikan contoh yang riil dalam penerapannya. Jika orang tua menghendaki anak untuk tidak kecanduan pada gadget, maka mereka sebaiknya tidak memegang gadget di depan anaknya, melainkan bercengkrama bersama. Orang tua juga dapat mengajak anak untuk memainkan permainan tradisional, seperti ular tangga, congklak, atau lompat tali, daripada menyuguhkan aplikasi permainan yang ada di dalam gadget.
Akan tetapi, bukan berarti orang tua tidak boleh mengenalkan gadget sama sekali. Orang tua tetap boleh mengajari anak menggunakan gadget atau minimal penggunaan internet, untuk hal-hal yang penting dan bermanfaat. Contoh yang paling sederhana adalah orang tua dapat mengajarkan anak bagaimana cara untuk menghubungi mereka melalui telepon genggam apabila anak sudah cukup umur untuk melakukannya. Hal ini akan berdampak positif karena memudahkan komunikasi antara anak dengan orang tua. Dengan demikian, anak-anak akan lebih mampu memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada secara lebih bijaksana dengan mengetahui batasan-batasan dan tingkat urgensi dari teknologi yang mereka miliki.
Namun, ada catatan penting yang harus diingat. Akan jauh lebih baik jika orang tua membatasi anaknya saat melakukan sesuatu selalu memberikan alasan atau penjelasan kepada anak mengapa mereka tidak boleh melakukan hal tersebut. Dengan begitu, anak akan lebih paham akan resiko dan sebab-akibat dari perbuatannya.
Orang tua sebagai pencetak generasi penerus, memang selalu memiliki tanggung jawab yang besar. Merekalah yang menjadi sumber sosialisasi utama bagi anak. Segala bentuk karakteristik dan kepribadian yang nantinya akan dimunculkan oleh anak, bergantung pada bagaimana cara pengasuhan yang dilakukan oleh orang tuanya. Mencintai dan merawat anak dengan cara yang benar dan baik, akan menciptakan generasi yang berakhlak mulia serta berprestasi. Kelekatan yang baik antara orang tua dan anak akan menghasilkan keluarga yang harmonis sehingga anak-anak merasa nyaman berada di dalamnya. Itulah surga bagi sang anak.
Apakah sudah mendapatkan gambaran bagaimana kita mendidik anak-anak kita kelak? Maka dari itu, mulai dari sekarang, kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa harus dapat menanamkan nilai-nilai agama dan moral agar kelak, ketika kita sudah menjadi orang tua, kita dapat memberikan contoh yang sesuai pada anak sehingga tidak ada lagi kriminalitas dan krisis moral yang terjadi. Sesungguhnya, mencegah itu lebih baik daripada mengobati.
sumber:
Teori: Hogg, M. & Vaughan, G. (2011). Social Psychology (6th Edition). Harlow: Pearson Education Limited
Gambar: Google
ditulis oleh Narendrasasi Trisakti, Sherliafebri Innocentia, Devia Sandra, Kinathi Larasanti, Arta Dayinta
disunting dan dipublikasi oleh Narendrasasi Trisakti 111611133040 sebagai persyaratan tugas ujian akhir semester mata kuliah Keterampilan Komunikasi A1.
Comments
Post a Comment